Kota Manado adalah Ibu Kota dari
Provinsi Sulawesi Utara. Kota Manado seringkali disebut sebagai Manado. Motto
Sulawesi Utara adalah “Si Tou Timou Tumou Tou” sebuah filsafat hidup masyarakat
Minahasa yang dipopulerkan oleh “Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi”,
yang artinya: “Manusia hidup untuk memanusiakan orang lain” atau “Orang hidup
untuk menghidupkan orang lain”. Dalam ungkapan bahasa Manado, seringkali
dikatakan: “Baku beking Pande” yang secara harafiah berarti: “Saling menambah
pintar dengan orang lain”.
Saat ini mayoritas penduduk kota Manado berasal dari suku Minahasa, karena wilayah Manado merupakan berada di tanah/daerah Minahasa. Penduduk asli Manado adalah sub suku Tombulu dilihat dari beberapa nama kelurahan di Manado yang berasal dari bahasa Tombulu, misalnya: Wenang (Pohon Wenang/Mahawenang - bahan pembuat kolintang), Tumumpa (turun), Mahakeret (Berteriak), Tikala Ares (Walak Ares Tombulu, dimana kata 'ares' berarti dihukum), Ranotana (Air Tanah), Winangun (Dibangun), Wawonasa (wawoinasa - di atas yang diasah), Pinaesaan (tempat persatuan), Pakowa (Pohon Pakewa), Teling (Bulu/bambu untuk dibuat peralatan), Titiwungen (yang digali), Tuminting (dari kata Ting-Ting: Lonceng, kata sisipan -um- berarti menunjukkan kata kerja, jadi Tuminting: Membunyikan Lonceng), Pondol (Ujung), Wanea (dari kata Wanua: artinya negeri), dll.; sedangkan daerah Malalayang adalah suku Bantik, suku bangsa lainnya yang ada di Manado saat ini yaitu suku Sangir, suku Gorontalo, suku Mongondow,suku Arab, suku Babontehu, suku Talaud, suku Tionghoa, suku Siau dan kaum Borgo. Walaupun Kota Manado didiami berbagai etnis; Masyarakat Kota Manado selalu hidup rukun dan damai tentram. Kota Manado mempunyai slogan “Torang Samua Basudara” yang memperkuat antar masyarakat di Kota Manado.
Asal mula Kota Manado dikutip
dari situs pemerintah Kota Manado” http://manadokota.go.id/
” dan tutur Legenda dulu dari “Wanea Wenang”, sebutan penduduk asli Minahasa.
Wanua Wenang telah ada sekitar abad XIII dan didirikan oleh Ruru Ares yang
bergelar Dotulolong Lasut yang saat itu menjabat sebagai Kepala Walak Ares,
dikenal sebagai Tokoh pendiri Wanua Wenang yang menetap bersama sebagai
keturunannya.
Kota Manado dipekirakan telah
dikenal sejak abad ke-16. Menurut sejarah, pada abad itu jugalah Kota Manado (Wenang)
telah didatangi oleh orang-orang dari luar negeri. Nama “Manado” daratan mulai
digunakan pada tahun 1623 menggantikan nama “Pogidon” atau “Wenang”. Nama
Wenang/ Benangitu sendiri adalah Pohon yang banyak tumbuh di pesisir Manado
atau biasa disebut Pohon Bahu yang bisa kita jumpai di sepanjang pantai di Bahu
Malalayang sampai Kalasey. Wenang atau benang itu sendiri dalam versi Bahasa
Sangir Tua adalah: Gahenang/ Mahenang”, yang artinya: Api yang menyala/
Bercahaya/ Bersinar. Kata Manado Manado sendiri merupakan nama pulau disebelah
pulau Bunaken, kata ini berasal dari bahasa daerah Minahasa yaitu “Mana rou”
atau “Mana dou” yang dalam bahasa Indonesia berarti “di jauh”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar